Oleh Dr. Prantasi Harmi Tjahjanti, S.Si.,MT.
Dosen Prodi. Teknik Mesin
Universitas Muhammadiyah Sidoarjo
Sidoarjo terkenal dengan hasil tambaknya yaitu udang dan bandeng. Maka wajar jika Sidoarjo mempunyai sebutan kota Udang dan kota Bandeng. Bahkan bandeng dan udang dijadikan lambang kabupaten Sidoarjo. Hampir 30 persen daerah-daerah di Kabupaten Sidoarjo merupakan pertambakan yang berada di wilayah bagian timur dan bagian tengah. Selain itu Sidoarjo juga menjadi daerah penghasil ikan bandeng terbesar kedua se-Jawa Timur. Produksi ikan bandeng Sidoarjo mencapai 34.150 ton dengan nilai rupiah berkisar 750 juta rupiah per tahun. Karena itu bandeng telah menjadi oleh-oleh khas yang sudah melegenda. Salah satu olahan bandeng yang paling terkenal di Kabupaten Sidoarjo yaitu bandeng presto. Bandeng yang sudah dipresto membuat semua tulang dan durinya menjadi lebih lunak, sehingga aman untuk dimakan bersama sambal dan nasi panas.
Karenanya bandeng telah menjadi oleh-oleh khas Sidoarjo, maka imbasnya banyak Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) di Sidoarjo menjadi semakin banyak yang membuat usaha di bidang bandeng ini. Kondisi ini menyebabkan persaingan yang ketat antara UMKM bandeng di Sidoarjo. Memang rasa bandeng presto tetap enak namun hasil prestonya terlihat bahwa bandengnya pecah-pecah, sehingga secara performance/penampilan kurang menarik dilihatnya dan berimbas pada hasil penjualannya menjadi berkurang. Pecahnya bandeng presto tersebut karena saat bandeng presto sudah selesai dimasak, mereka mengambil bandeng prestonya satu persatu dari peralatan panci bandeng presto yang lama, sehingga kondisi tersebut menyebabkan bandeng presto menjadi pecah-pecah. Hal ini menjadi latar belakang Dr. Prantasi Harmi Tjahjanti, S.Si.,MT (biasa dipanggil bu Tasi) beserta Tim dan mahasiswa semuanya dari Program Studi (Prodi) Teknik Mesin Universitas Muhammadiyah Sidoarjo (UMSIDA), membantu membuatkan panci presto yang lebih efektif dan efisien dilengkapi dengan saringan.
Pembuatan peralatan panci bandeng presto menggunakan saringan, dimulai dengan desain/rancangan peralatan tersebut dengan dimensi ukuran panci presto diamater 360 mm, tinggi 350 mm, dan tinggi saringannya 300mm (dari dasar panci), sementara diameter saringan 280mm. Selanjutkan diteruskan dengan manufaktur/pembuatannya dilengkapi dengan dudukan untuk peralatan panci bandeng presto menggunakan saringan. Setelah jadi semuanya, dilakukan uji coba pemasakan bendeng presto dengan menggunakan peralatan panci bandeng yang memakai saringan, dan hasilnya dibandingkan dengan peralatan panci presto yang lama. Hasil diperoleh pada panci presto lama, 1 kg isi 7 bandeng, maka akan muat 54 bandeng, sementara pada panci presto dengan saringan, 1 kg isi 7 bandeng, akan muat 75 bandeng. Pada panci presto lama, bila 1 kg isi 2 bandeng besar akan muat 12 bandeng, sementara pada panci presto dengan saringa, 1 kg isi 2 bandeng besar akan muat 45 bandeng. Artinya jumlah bandeng yang akan di presto lebih banyak dibandingkan pada panci presto lama.
Pada proses pemasakan/pembuatan bandeng presto dengan panci presto lama dilakukan selama 2 jam dengan pembagian 1 jam selama masak hingga panci presto bunyi tanda telah selesai proses prestonya dan menunggu 1 jam untuk dingin. Sementara pada panci presto dengan memakai saringan, prosedur memasaknya selama 1 jam dengan pembagian 30 menit selama masak hingga panci presto bunyi tanda telah selesai proses prestonya dan menunggu 30 menit untuk dingin.
Lebih lanjut untuk penjualannya saat menggunakan panci presto lama, dalam kondisi frozen, harga bandeng per kg isi 7 per pack dengan harga Rp.12.000,-, dan harga Rp. 32.000,- untuk per kg isi 2 bandeng. Dalam sehari bandeng yang dibuat presto mencapai kurang lebih 10 kg, namun bila ada pesanan 2 minggu sekali dari pabrik dan rumah makan, maka bisa membutuhkan bandeng 80 kg. Sementara dengan memakai panci prestomamakai saringan, dalam kondisi frozen, harga bandeng per kg isi 15 per pack dengan harga Rp. 50.000,-, dan harga Rp. 115.000,- untuk per kg isi 4 bandeng. Dalam sehari bandeng yang dibuat presto mencapai kurang lebih 50 kg, namun bila ada pesanan 2 minggu sekali dari pabrik dan rumah makan, maka bisa membutuhkan bandeng 150 kg. Hasil secara nyata, pada panci presto lama, bandeng presto saat diangkat/diambil satu-satu setelah dimasak akan mengakibatkan bandeng presto pecah-pecah, sementara dengan panci baru ini, bandeng presto dapat diangkat/diambil semuanya/sekaligus, karena menggunakan saringan sehingga tidak ada yang pecah dan tinggal menunggu bandeng presto menjadi dingin. Sehingga peralatan panci presto memakai saringan ini mempermudah UMKM Bandeng Presto dalam memasak bandengnya lebih efektif dan efisien.


